⸻ 个人资料
Full name | Mahining Hiau |
Place of birth | Palangkaraya |
Date of birth | December 30, 1995 |
Gender | Androgynous |
Race | Human |
Ethnicity | Tionghoa-Dayak |
Nationality | Indonesia |
Sexual orientation | Homosexual |
Religion | Christian |
Main occupation | PR Staff of Rampai Pandang |
Side occupation | Member of LiGHT |
Face claim | Jisoo Hong |
Height/Weight | 170cm/60kg |
Body shape | Ectomorph |
Skin color | Fair |
Blood type | AB |
Birthmark | - |
Piercings | 4 (left and right) |
Tattoo | - |
Hair type | Straight |
Hair length | Short |
Hair color | Black (original) |
Eye color | Hazel |
Foot size | 42 |
⸻ 剧情
Palangkaraya, 30 Desember tahun 95.
Layap latap.
Sekelibat kilatan gundah tebersit di manik Arai. Separuh dirinya kini tengah berjuang antara hidup dan maut, selagi menunggu sang buah hati.
Penantian panjang itu terbayar sudah tatkala suara tangisan seorang bayi terdengar. Arai dan sang ayah, Sanja, langsung menghambur penuh haru. "Mahining Hiau," bisik Sanja pada daun telinga sang cucu. "Namanya Mahining Hiau. Manusia yang akan berjuang menyuarakan haknya."
***
Mahining Hiau memang anak yang cemerlang. Sejak kecil ia sudah akrab dengan alat musik, terutama yang bergenre klasik. Piano adalah cinta pertamanya, dan Sanja yang amat menyayangi cucunya dengan senang hati mengajari Hiau hingga mahir.
Akan tetapi, suatu masalah terjadi.
Perubahan fisik yang ia alami dan semakin menjadi-jadi setiap bertambahnya waktu; Hiau memiliki kelainan. Bahwa sebetulnya ia punya kecenderungan memiliki gender androgynous. Suatu hal tabu yang saat itu tidak bisa diterima oleh masyarakat luas.
Arai menampik hal itu. Ia berkata pada semua orang, bahwa anaknya adalah anak yang normal. Anak yang ceria, dan punya segudang bakat. Meskipun Sanja, kakek Hiau, sudah beberapa kali menegur Arai untuk bisa menerima takdir. Hiau tidak seperti anak-anak lainnya, ia spesial.
Bukannya semakin terbuka, pemikiran Arai justru menjadi konservatif. Arai memaksa Hiau untuk bermain bola, berlatih basket, padahal fisiknya sama sekali tidak diciptakan untuk aktivitas tersebut. Beberapa kali Hiau jatuh sakit akibat aktivitas yang akan menjadikannya sebagai laki-laki yang sempurna, dan berkali-kali juga ia menjadi pelampiasan amarah sang ayah.
.